Kamis, 13 November 2008

Kembali ke Jakarta

Tanggal 8 November 2008 saya kembali ke Jakarta (dari SulSel). Semula dijadwalkan kembali tanggal 12, tapi karena ada perubahan acara dan kegiatan, maka dimajukan kepulangan saya ke tanggal delapan. Singkat prosesnya, saya dapat penerbangan sore, jam 17.10 WITA dengan nomor penerbangan JT 777, Lion Air. Ternyata, ini adalah Boeing 737 900ER. Dan ini adalah kali pertama saya terbang dengan peswat ini. Yah, lumayanlah, dari 178 buah peswat jenis ini, saya sudah pernah naik salah satunya. Cuman, mungkin karena check-in-nya agak mepet, dapatnya tempat duduk nomor tiga puluh, tepatnya 30E. Kursi nomor tiga puluh adalah deretan kursi yang berada persis di depan pintu keluar darurat. Duduk di kursi ini mempunya tugas khusus. Karena itu, setiap penumpang yang duduk disitu harus memenuhi syarat, dan mau menjalankan tugas-tugas khusus jika terjadi sesuatu. Karena itu, jika tidak mau, bisa dipindahkan ke tempat lain dan dihantikan dengan penumpang yang mau.


Waktu itu keadaan cuacanya, hujan. Penumpang sudah berharap tidak ada delay karena cuaca. Dan, alhamdulillah, pesawat meninggalkan bandara Sultan Hasanuddin on time. Hmm ... ini juga adalah karena pertama saya berangkat dari bandara yang baru. Karena besarnya, dari pintu keberangkatan ke ruang tunggu lumayan cukup jauh. Bandara yang baru ini benar-benar megah. Tidak heran, biaya pembangunannya saja tidak sedikit, ber-em-em ... 580 Miliar. Wow .. angka yang fantastis. Bandara yang diresmikan presiden SBY ini dibangun dalam kurun waktu 38 bulan. Fasilitasnya cukup lengkap. Ada 6 fasilitas belalai gajah disana. Saya kurang tau kalau di Cengkareng. Bangunannya dibuat dengan mengambil konsep budaya dan filosofi lokal. Misalnya atapnya dibuat seperti gelembung-gelembung. Ini maknanya adalah seperi ombak laut Sulawesi Selatan. Kemudian di atap utamanya terdapat satu tiang utama, sebagai simbol dari kepala kapal Phinisi. Selamat kepada warga Sulawesi Selatan. Jagalah bandara Sultan Hasanuddin. Ini bukan pesan saya lho, tapi pesan dari Pak Gubernur, SYL.


Sampai di Jakarta, untuk pulang ke rumah dan ketemu dengan anak serta istri tercinta, saya harus naik kendaraan umum. Kebetulan, sekarang kantor sudah ada kerjasama dengan salah satu perusahaan pengelola takasi, jadi saya akan menggunakan voucer. Cuman, nunggu taksi tersebut lama sekali, akhirnya saya putuskan naik Pusaka (kelompok Blue Bird). Jadi, saya nombok saja dulu untuk taksi, nanti dirembes ke kantor. Karena lama nunggu taksi ber-voucher tadi, akibatnya saya nyampenya juga sudah jam 21-an di rumah, Untng anak saya belum tiudur, jadi masih sempat bersenda gurau. Begitu anak sudah tidur ... giliran istri yang disendagurau. :)


 



Kembali ke JakartaSocialTwist Tell-a-Friend

Tidak ada komentar:

Posting Komentar