Jumat, 24 Juli 2009

Seandainya Ada Pusat Data Yang Mutahir

Seorang buronan bisa menikah tanpa diketahui kalau dia adalah buronan. Seorang buronan bisa lolos karena menggunakan kartu identitas (KTP) palsu. Seorang buronan kelas kakap bisa lolos dan melenggang ke luar dari negara ini tanpa pengetahuan aparat. Seorang buronan .... bla bla bla.

Orang awam seperti saya pasti heran, "kok bisa yah?". Orang awam seperti saya heran .. dan heran. Sekali lagi ... heran. Orang awam seperti saya berpikir sederhana .... seharusnya seorang warga negara tidak bisa memiliki lebih dari satu identitas yang bernama KTP. Kalau seseorang WNI punya hanya satu tanda pengenal penduduk (KTP) maka dia tidak bisa membuat dokumen palsu.

Orang awam seperti saya berhayal, seandainya Indonesia punya data kependudukan yang terpusat yang didukung oleh teknologi tinggi, mungkin tidak ada penggandaan identitas (wah kayak kasus DPT adjah !!).

Orang awam seperti saya berhayal, seandainya Indonesia punya pusat data mutahir dimana setiap makluk WNI yang telah memiliki KTP diharus menyidik jarinya, maka pihak penyelidik akan mudah mencari buronan dari sidik jari. Kalau ada yang bikin KTP, harus kroscek dulu apakah orang tersebut sudah punya KTP atau belum. Jadi harus cek sidik jarinya. Tapi, kok sekarang KTP tidak ada sidik jari lagi. Kenapa yah?
Seandainya Ada Pusat Data Yang MutahirSocialTwist Tell-a-Friend

1 komentar:

  1. bener bangett...jaman udah canggih koq masih kebobolan juga yaaa...seharusnya mulai sekarang pemerintah mulai memikirkan untuk memusatkan data kependudukan di satu tempat, bener juga harus ada sidik jari di KTP....semua bisa koq kalau ada kemauan....

    BalasHapus